MAKALAH SEJARAH ISLAM INDONESIA I
“ KESULTANAN DI NUSA TENGGARA DAN DI PAPUA
“
Disusun Oleh:
Miftahul Jannah
Tiya Wahyuti
Dosen
Pembimbing
Maryam, M.Hum
PRODI SKI SEMESTER V
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur
penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas Rahmat dan karunia-nya , akhirnya tugas makalah
Sejarah Islam Indonesia I yang pemakalah buat dapat diselesaikan. Dan pemakalah
juga berterima kasih kepada pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah
ini , yaitu Dosen dan para teman.
Semoga
makalah yang pemakalah buat ini bermanfaat bagi teman-teman sekalian. Didalam
pembuatan makalah ini masih banyak sekali terdapat kekurangan-kekurangan,
disini kami sangat mengharapkan kritik
dan saran dari para pembaca terutama para Dosen.
Wassalamu’alaikum
Wr.Wb
Bengkulu, Sep 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAAN
A. Latar
Belakang ....................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C.
Tujuan Masalah ...................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan Islam Di Nusa Tenggara ................................................ 3
B.
Kesultanan-Kesultanan Di Nusa Tenggara ............................................ 4
C.
Proses Masuknya Islam Di Papua .......................................................... 8
D.
Kesultanan-Kesultanan Di Papua ......................................................... 11
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan ........................................................................................... 15
B.
Saran ..................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kehadiran Islam secara lebih
nyata di Indonesia terjadi pada sekitar abad ke-13 Masehi, yaitu dengan adanya
makam dari Sultan Malik as-Saleh yang mangkat pada bulan Ramadhan 696
Hijriah/1297 Masehi. Ini berarti bahwa pada abad ke-13 Masehi di Nusantara sudah
ada institusi kerajaan yang bercorak Islam. Para saudagar Muslim sudah
melakukan aktivitas dagangnya sejak abad ke-7 Masehi. Beberapa kerajaan Hindu
dan Buddha di Nusantara sudah melakukan hubungan dagang dan diplomatik dengan
kerajaan-kerajaan Islam di Timur Tengah.
Sejak awal perkembangannya,
Islam di Indonesia telah menerima akomodasi budaya. Karena Islam sebagai agama
memang banyak memberikan norma-norma aturan tentang kehidupan dibandingkan
dengan agama-agama lain. Bila dilihat kaitan Islam dengan budaya, paling tidak
ada dua hal yang perlu diperjelas: Islam sebagai konsespsi sosial budaya, dan
Islam sebagai realitas budaya. Islam sebagai konsepsi budaya ini oleh para ahli
sering disebut dengan great tradition (tradisi besar), sedangkan Islam sebagai
realitas budaya disebut dengan little tradition (tradisi kecil) atau local
tradition (tradisi local) atau juga Islamicate, bidang-bidang yang “Islamik”,
yang dipengaruhi Islam.
Dalam istilah lain proses
akulturasi antara Islam dan Budaya local ini kemudian melahirkan apa yang
dikenal dengan local genius, yaitu kemampuan menyerap sambil mengadakan seleksi
dan pengolahan aktif terhadap pengaruh kebudayaan asing, sehingga dapat dicapai
suatu ciptaan baru yang unik, yang tidak terdapat di wilayah bangsa yang membawa
pengaruh budayanya. Pada sisi lain local genius memiliki karakteristik antara
lain: mampu bertahan terhadap budaya luar; mempunyai kemampuan mengakomodasi
unsur-unsur budaya luar; mempunyai kemampuan mengintegrasi unsur budaya luar ke
dalam budaya asliu; dan memilkiki kemampuanmengendalikan dan memberikan arah
pada perkembangan budaya selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
Islam di Nusa Tenggara dan Kesultanan apa saja yang ada di Nusa Tenggara ?
2.
Bagaimana
Islam di Papua serta jelaskan kesultanan yang ada di Papua ?
C. Tujuan Masalah
1.
Menjelaskan
proses masuknya Islam di Nusa Tenggara dan menjelaskan kesultanan-kesultanan
yang ada di Nusa Tenggara
2. Menjelaskan Islam di Papua serta menjelaskan
kesultanan yang ada di papua
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Islam Di Nusa Tenggara
Kerajaan Islam masuk ke
wilayah Nusa Tenggara bisa dibilang sejak awal abad ke-16. di perkenalkan oleh
Sultan Prapen (1605), Putra Sunan Giri. Namun Islam mungkin masuk ke Sumbawa
melalui Sulawesi lewat Dakwah para mubalig
dari Makassar antara tahun 1540-1550.[1]
Hubungan Sumbawa yang baik dengan Kerajaan Makassar membuat Islam turut
berlayar pula ke Nusa Tenggara. Kerajaan Islam di Lombok dan Sumbawa Dari
Lombok Islam disebarkan ke Pejanggik, Parwa, Sokong, Bayan, dan tempat-tempat
lainnya sehingga seluruh Lombok memeluk Islam. Dari Lombok, konon Sunan Prapen
meneruskan Dakwahnya ke Sumbawa. Kerajaan Islam Lombok dipusatkan di Selaparang
dibawah pemerintahan Prabu Rangkesari. Pada masa itulah Selaperang mengalami
zaman keemasan dan memegang hegemoni di seluruh lombok. Selaperang menjalin
hubungan dengan beberapa negri, terutama Demak, serta banyak didatangi oleh
pedagang dari berbagai negeri. Kerajaan Lombok sempat mendapat serangan dari
kerajaan Gelgel (Bali), tetapi serangan itu dapat ditahan.
Ketika VOC berusaha menguasai
jalur perdagangan, kesultanan Goa, Talo. yang bersinggungan dengan upaya VOC
tersebut. Segera menutupi jalur perdagangan ke Lombok dan Sumbawa. Serta
menguasai kedua daerah di Nusa Tenggara itu. Kerajaan-kerajaan diSumbawa bagian
barat masuk dalam kesultanan Goa pada 1618, Bima ditaklukan pada tahun 1633,
Selaparang pada tahun 1640, dan demikian pula daerah-daerah lainnya.sehingga
pada abad XVII seluruh kerajaan Islam Lombok ada dibawah pengaruh kekuasaan
Kesultanan Goa.[2]
Hubungan antara keSultanan Goa dan Lombok dipererat dengan cara perkawinan,
seperti Pemban Selaperang, Pemban Pejanggik, dan Pemban Parwa. Setelah terjadi
Perjanjian Bongaya antara kesultanan Goa dan VOC pada abad 18 November 1667
yang sangat merugikan kesultanan Goa, kerajaan-kerajaan di Nusa Tenggara mulai
ditekan oleh VOC. Pusat kerajaan Lombok pun dipindahkan ke Sumbawa pada tahun
1673 dengan tujuan untuk dapat mempertahankan kedaulatan kerajaan-kerajaan
Islam di pulau tersebut dengan dukungan kekuasaan Goa. Sumbawa dipandang lebih
strategis dari pada Selaparang. Ancaman dan serangan VOC terus-menerus
terjadi,dan akhirnya daerah-daerah dikerajaan Lombok berada dibawah kekuasaan
VOC. Raja-raja yang mengadakan perlawanan pun ditangkapi, kemudian diasingakan
ke Maluku. Kerajaan Sumbawa tetap tidak aman karena selalu ada pemberontakan
yang menentang campur tangan VOC.
B. Kesultanan-Kesultanan Di Nusa
Tenggara
Kesultanan Selaparang
Kerajaan
Selaparang adalah
salah satu kerajaan yang pernah ada di Pulau Lombok. Pusat kerajaan ini pada masa lampau berada diSelaparang (sering pula diucapkan dengan Seleparang),
yang saat ini kurang lebih lebih berada di desa Selaparang, kecamatan
Swela, Lombok Timur.
Selaparang merupakan pusat Kerajaan
Islam di Lombok. Selaparang di bawah Pemerintahan Prabu Rangkesari. Pada masa
itu Selaparang mengalami zaman keemasan, memegang, dan lain-lain. Konon Sunan
Perapen meneruskan dakwahnya dari lombok terus ke Sumbawa. Selaparang juga
mengembangkan hubungan antara Kerajaan Gowa dan Lombok dipererat dengan cara
pernikahan seperti Pemban Selaparang, Pemban Pejanggik, dan Pemban Parwa.
Selaparang pernah dua kali terlibat dalam pertempuran sengit melawan Kerajaan
Gelgel, yakni sekitar tahun 1616 dan 1624 Masehi,[3]
akan tetapi kedua-duanya dapat ditumpas habis, dan tentara Gelgel dapat ditawan
dalam jumlah yang cukup besar pula. Setelah pertempuran sengit tersebut,
Kerajaan Selaparang mulai menerapkan kebijaksanaan baru untuk membangun
kerajaannya dengan memperkuat sektor agraris. Maka, pusat pemerintahan kerajaan
kemudian dipindahkan agak ke pedalaman, di sebuah dataran perbukitan, tepat di
desa Selaparang sekarang ini.
Berbagai sumber menyebutkan bahwa
setelah dipindahkan, Kerajaan Selaparang mengalami kemajuan pesat. Sebuah
sumber mengungkapkan, Kerajaan Selaparang dapat mengembangkan kekuasaannya
hingga ke Sumbawa Barat. Disebutkan pula bahwa seorang raja muda bernama Sri
Dadelanatha, dilantik dengan gelar Dewa Meraja di Sumbawa Barat karena saat itu
(1630 Masehi) daerah ini juga masih termasuk ke dalam wilayah kekuasaan
Kerajaan Selaparang. Kemudian dilanjutkan oleh generasi berikutnya, yaitu
sekitar tanggal 30 November 1648 Masehi, putera mahkota Selaparang bernama
Pangeran Pemayaman dengan gelar Pemban Aji Komala, dilantik di Sumbawamenjadi
Sulthan Selaparang yang memerintah seluruh wilayah Pulau Lombok dan Sumbawa.[4]
Kesultanan Bima
Kesultanan Bima merupakan kerajaan Islam yang menonjol di Nusa Tenggara.
Rajanya yang pertama masuk Islam ialah Ruma Ma Bata Wadu
yang bergelar Sultan Bima I atau Sultan Abdul Khair(1611-1640).
Namun,setelah terus-menerus melakukan perlawanan terhadap
intervensi politik dan monopoli perdagangan VOC. Ketika VOC mau memperbaharui perjanjian dengan Bima (1668) Sultan Bima,Tureli Nggampo,
menolaknya. Ketika Tambora merampas Kapal VOC pada 1675,
Raja Tambora
Kalongkong dan para pembesarnya diharuskan
menyerahkan keris-keris pusakanya kepada
Holsteijn. Pada
tahun 1691, ketika permaisuri Kerajaan Dompu terbunuh,
Sultan Bima ditangkap dan diasingkan ke Makassar sampai meninggal
dalam Penjara.[5]
Kerajaan-kerajaan di Lombok,
Sumbawa, Bima, dan lainnya selama abad XVIII dan akhir abad itu terus
melakukan pemberontakan dan peperangan karena pihak VOC senantiasa mencampuri
urusan pemerintahan kerajaan-kerajaan tersebut,bahkan menangkapi dan
mengasingkan raja-raja yang melawan. Pembicaraan mengenai sejarah Kesultanan
Bima abad XIX dapat diperkaya oleh gambaran terperinci dalam Syair Kerajaan
Bima yang menurut telaah filologi Henri Chambert-Loir diperkirakan dikarang
sebelum tahun 1833,sebelum Raja Bicara abdul Nabi meletakan Jabatan dan
digantikan oleh Putranya. Syair itu dikarang oleh Khatib Lukman,
barang kali pada
tahun 1830. Syair itu ditulis dengan huruf Jawa dan berbahasa Melayu.
Syair itu menceritakan empat peristiwa yang terjadi di
Bima pada awal abad XIX, yaitu letusan Gunung Tambora(1815)
wafat dan pemakaman Sultan Abdul Hamid pada mei 1819.
Serangan bajak laut dan
Pemberontakan Sultan Ismail pada 26 November 1819. Sampai kini jejak Islam bisa
dilacak dengan meneliti makam seorang mubaligh asal Makassar yang terletak di
kota Bima.[6] Begitu juga dengan makam
Sultan Bima yang pertama kali memeluk Islam. Bisa disebut, seluruh penduduk
Bima adalah para Muslim sejak mula.Selain Sumbawa, Islam juga masuk ke Lombok.
Orang-orang Bugis datang ke Lombok dari Sumbawa dan mengajarkan Islam di sana.
Hingga kini, beberapa kata di suku-suku Lombok banyak kesamaannya dengan bahasa
Bugis.
Keruntuhan
Kesultanan Di Nusa Tenggara
Sekalipun
Selaparang unggul melawan kekuatan tetangga, yaitu Kerajaan Gelgel, namun pada
saat yang bersamaan, suatu kekuatan baru dari bagian barat telah muncul pula.
Embrio kekuatan ini telah ada sejak permulaan abad ke-15 dengan datangnya para
imigran petani liar dariKarang Asem (Pulau Bali) secara bergelombang, dan
selanjutnya mendirikan koloni di kawasan Kota Mataram sekarang ini. Kekuatan itu kemudian secara
berangsur-angsur tumbuh berkembang sehingga menjelma menjadi kerajaan kecil,
yaitu Kerajaan Pagutan dan Pagesangan yang berdiri sekitar tahun 1622 Masehi.[7]
Kerajaan ini berdiri lima tahun setelah serangan laut pertama Kerajaan Gelgel
dari Bali Utara atau dua tahun sebelum serangan ke dua yang
dapat ditumpas oleh pasukan Kerajaan Selaparang.
Namun,
bahaya yang dinilai menjadi ancaman utama dan akan tetap muncul secara
tiba-tiba adalah kekuatan asing, yakni Belanda, yang tentunya sewaktu-waktu
dapat melakukan ekspansi militer. Kekuatan dan tetangga dekat diabaikan, karena
Gelgel yang demikian kuat mampu dipatahkan. Oleh sebab itu, sebelum kerajaan
yang berdiri di wilayah kekuasaannya di bagian barat ini berdiri, hanya
diantisipasi dengan menempatkan laskar kecil di bawah pimpinan Patinglaga Deneq
Wirabangsa.
Dalam
upaya menghadapi masalah yang baru tumbuh dari bagian barat itu, yakni Kerajaan
Gelgel, dan Kerajaan Mataram Karang Asem,maka secara tiba-tiba saja, salah seorang tokoh penting di
lingkungan pusat kerajaan bernama Arya Banjar Getas ditengarai berselisih paham
dengan rajanya, raja Kerajaan Selaparang, soal posisi pasti perbatasan antara
wilayah Kerajaan Selaparang dan Pejanggik. Arya Banjar Getas beserta para
pengikutnya kemudian memutuskan untuk meninggalkan Selaparang dan bergabung
dengan sebuah ekspedisi militer KerajaanMataram Karang Asem (Bali) yang pada saat itu sudah berhasil mendarat di Lombok Barat. Kemudian dengan segala taktiknya, Arya Banjar Getas
menyusun rencana dengan pihak Kerajaan Mataram Karang Asem untuk bersama-sama menggempur Kerajaan Selaparang.
Pada akhirnya, ekspedisi militer tersebut telah berhasil menaklukkan Kerajaan
Selaparang.[8]
Peristiwa itu terjadi sekitar tahun 1672 Masehi. Sejak saat itu, Kerajaan Karang Asem
menjadi penguasa tunggal di Lombok.
C. Proses Masuknya Islam di Papua
Penelusuran sejarah awal Islamisasi di tanah Papua,
setidaknya dapat digali dengan melihat beberapa versi mengenai kedatangan Islam
di tanah Papua, terdapat 7 versi yaitu:[9]
Teori
Papua
Teori ini merupakan pandangan adat
dan legenda yang melekat di sebagaian rakyat asli Papua, khususnya yang berdiam
di wilayah fakfak, kaimana, manokwari dan raja ampat (sorong). Teori ini
memandang Islam bukanlah berasal dari luar Papua dan bukan di bawa dan
disebarkan oleh kerejaan ternate dan tidore atau pedagang muslim dan da’I dari
Arab, Sumatera, Jawa, maupun Sulawesi. Namun Islam berasal dari Papua itu
sendiri sejak pulau Papua diciptakan oleh Allah Swt. mereka juga mengatakan
bahwa agama Islam telah terdapat di Papua bersamaan dengan adanya pulau Papua
sendiri, dan mereka meyakini kisah bahwa dahulu tempat turunya nabi adam dan
hawa berada di daratan Papua.
Teori Aceh
Studi sejarah masukanya Islam di
Fakfak yang dibentuk oleh pemerintah kabupaten Fakfak pada tahun 2006,
menyimpulkan bahwa Islam datang pada tanggal 8 Agustus 1360 M, yang ditandai
dengan hadirnya mubaligh Abdul Ghafar asal Aceh di Fatagar Lama, kampong
Rumbati Fakfak. Penetapan tanggal awal masuknya Islam tersebut berdasarkan
tradisi lisan yang disampaikan oleh putra bungsu Raja Rumbati XVI (Muhamad
Sidik Bauw) dan Raja Rumbati XVII (H. Ismail Samali Bauw), mubaligh Abdul
Ghafar berdakwah selama 14 tahun (1360-1374 M) di Rumbati dan sekitarnya,
kemudian ia wafat dan di makamkan di belakang masjid kampong Rumbati pada tahun
1374 M.
Teori Arab
Menurut
sejarah lisan Fakfak, bahwa agama Islam mulai diperkenalkan di tanah Papua,
yaitu pertamakali di Wilayah jazirah onin (Patimunin-Fakfak) oleh seorang sufi
bernama Syarif Muaz al-Qathan dengan gelar Syekh Jubah Biru dari negeri Arab,
yang di perkirakan terjadi pada abad pertengahan abad XVI, sesuai bukti adanya
Masjid Tunasgain yang berumur sekitat 400 tahun atau di bangun sekitar tahun
1587. Selain dari sejarah lisan tadi, dilihat dalam catatan hasil Rumusan
Seminar Sejarah Masuknya Islam dan Perkembanganya di Papua, yang dilaksanakan
di Fakfak tanggal 23 Juni 1997, dirumuskan bahwa:
1.
Islam
dibawa oleh sultan abdul qadir pada sekitar tahun 1500-an (abad XVI), dan
diterima oleh masyarakat di pesisir pantai selatan Papua (Fakfak, Sorong dan
sekitarnya)
2. Agama Islam datang ke Papua dibawa
oleh orang Arab (Mekkah).
Teori
Maluku Utara (ternate-tidore)
Dalam
sebuah catatan sejarah kesultanan Tidore yang menyebutkan bahwa pada tahun 1443
M Sultan Ibnu Mansur ( Sultan Tidore X atau sultan Papua I ) memimpin ekspedisi
ke daratan tanah besar ( Papua ). Setelah tiba di wilayah pulau Misool, raja
ampat, maka sultan ibnu Mansur mengangkat Kaicil Patrawar putra sultan Bacan
dengan gelar Komalo Gurabesi ( Kapita Gurabesi ). Kapita Gurabesi kemudian di
kawinkan dengan putri sultan Ibnu Mansur bernama Boki Tayyibah. Kemudian
berdiri empat kerajaan dikepulauan Raja Ampat tersebut adalah kerajaan
Salawati, kerajaan Misool/kerajaan Sailolof, kerajaan Batanta dan kerajaan
Waigeo. Dari Arab, Aceh, Jawa, Bugis, Makasar, Buton, Banda, Seram, Goram, dan
lain – lain.
Di
peluknya Islam oleh masyarakat Papua terutama didaerah pesisir barat pada abad
pertengahan XV tidak lepas dari pengaruh kerajaan – kerajaan Islam di Maluku (
Bacan, Ternate dan Tidore ) yang semakin kuat dan sekaligus kawasan tersebut
merupakan jalur perdagangan rempah – rempah ( silk road ) di dunia. Sebagaimana
ditulis sumber – sumber barat, Tomé Pires yang pernah mengunjungi nusantara
antara tahun 1512-1515 M. dan Antonio Pegafetta yang tiba di tidore pada tahun
1521 M. mengatakan bahwa Islam telah berada di Maluku dan raja yang pertama
masuk Islam 50 tahun yang lalu, berarti antara tahun 1460-1465. Berita tersebut
sejalan pula dengan berita Antonio Galvao yang pernah menjadi kepala orang –
orang Portugis di Ternate (1540-1545 M). mengatakan bahwa Islam telah masuk di
daerah Maluku dimulai 80 atau 90 tahun yang lalu.
Teori Bacan
Kesultanan
bacan dimasa sultan mohammad al-bakir lewat piagam kesiratan yang dicanangkan
oleh peletak dasar mamlakatul mulukiyah atau moloku kie raha (empat kerajaan
Maluku: ternate, tidore, bacan, dan jailolo) lewat walinya ja’far as-shadiq
(1250 M), melalui keturunannya keseluruh penjuru negeri menyebarkan syiar Islam
ke Sulawesi, philipina, Kalimantan, nusa tenggara, Jawa dan Papua.
Menurut
Arnold, raja bacan yang pertama masuk Islam bernama zainal abiding yang
memerintah tahun 1521 M, telah menguasai suku-suku di Papua serta pulau-pulau
disebelah barat lautnya, seperti waigeo, misool, waigama dan salawati. Kemudian
sultan bacan meluaskan kekuasaannya sampai ke semenanjung onin fakfak, di barat
laut Papua pada tahun 1606 M, melalui pengaruhnya dan para pedagang muslim maka
para pemuka masyarakat pulau – pulau tadi memeluk agama Islam. Meskipun
masyarakat pedalaman masih tetap menganut animisme, tetapi rakyat pesisir
menganut agama Islam.
Dari
sumber – sumber tertulis maupun lisan serta bukti – bukti peninggalan nama –
nama tempat dan keturunan raja bacan yang menjadi raja – raja Islam di
kepulauan raja ampat. Maka diduga kuat bahwa yang pertama menyebarkan Islam di
Papua adalah kesultanan bacan sekitar pertengahan abad XV. Dan kemudian pada
abad XVI barulah terbentuk kerajaan – kerajaan kecil di kepulauan raja ampat
itu.
Teori Jawa
Berdasarkan
catatan keluarga Abdullah Arfan pada tanggal 15 Juni 1946, menceritakan bahwa
orang Papua yang pertama masuk Islam adalah Kalawen yang kemudian menikah
dengan siti hawa farouk yakni seorang mublighat asal Cirebon. Kalawen setelah
masuk Islam berganti nama menjadi Bayajid, diperkirakan peristiwa tersebut
terjadi pada tahun 1600. Jika dilihat dari silsilah keluarga tersebut, maka
Kalawen merupakan nenek moyang dari keluarga Arfan yang pertama masuk Islam.
Teori Banda
Menurut
Halwany Michrob bahwa Islamisasi di Papua, khusunya di Fakfak dikembagkan oleh
pedagang-pedagang Bugis melalui banda yang diteruskan ke fakfak melalui seram
timur oleh seorang pedagang dari Arab bernama haweten attamimi yang telah lama
menetap di ambon. Microb juga mengatakan bahwa cara atau proses Islamisasi yang
pernah dilakuka oleh dua orang mubaligh dari banda yang bernama salahuddin dan
jainun, yaitu proses pengIslamanya dilakukan dengan cara khitanan, tetapi
dibawah ancaman penduduk setempat yaitu jika orang yang disunat mati, kedua
mubaligh tadi akan dibunuh, namun akhirnya mereka berhasil dalam khitanan
tersebut kemudian penduduk setempat berduyun-duyun masuk agama Islam.
D. Kesultanan-kesultanan Di Papua
Kesultanan Di Kepulauan Raja Ampat
Pada
kerajaan-kerajaan islam dimaluku dan didaerah sekitarnya mengaku eksitensi
keberadaan kolano sebagai pemimpin/raja mereka yang dipercaya. Pada gugusan
kepala burung itulah nama kolano fat [10]yang
berarti raja ampat terpatri hingga kini sebagai jati diri dari kepulauan papua.
Secara makro pulau ini dipimpin oleh empat sultan dari Maluku yaitu : Sultan
Ternate, Tidore, bacan dan jailolo. Namun secara mikro yang dimaksud adalah
raja-raja dipulauan papua yaitu Raja Salawati, Raja Misool, Raja Batanta dan
raja Waigeo.
Sebuah
catatan sejarah Kesultanan Tidore mencatat bahwa pada tahun 1443 M Sultan Ibnu
Mansur (Sultan Tidore X) bersama sangaji petani sahmardan dan Kapitan Weigeo
bernama Kapitan Gurabesi memimpin ekspedisi kedataran tanah besar papua. [11]Ekspedisi
yang terdiri dari satu armada kora-kora berangkat ketanah besar beserta
pulau-pulau melewati Patani, Gebe, dan Waigeo. Ekspedisi ini berhasil
menaklukkan beberapa wilayah dipapua bagian barat dan menjadikan kesultanan
Tidore yang terdiri dari 1. Wilayah Raja Ampat, 2.wilayah Papua Gamsio (papua
Sembilan negri), 3. Wilayah mafor soa Raha (Mafor Empat Soa).
Struktur
pemerintahan di Kepulauan Raja Ampat berbentuk kerajaan dibantu oleh Dewan Adat
yang terdiri dri kepala adat dimana tiap warga mempunyai wakilnya didewan.
Disamping dewan adat kerajaan, raja juga mengangkat perwakilan untuk meneruskan
perintahnya didaerah yang jauh dipusat pemerintahan. Ada beberapa gelar kepala
adat Raja Ampat dengan jabatannya msing-masing merupakan pemberian gelar dari
Sultan Tidore kepada Raja yang secara periodisasi tetap mengantar upeti ke
Kerajaan Tidore. Gelar jabatantersebut adalah :
1. Marga Metawai, kepala adatnya
bergelar Jojau
2.
Marga,
kepala adatnya bergelar Hukum
3.
Marga
Umalelen, kepala adatnya bergelar domlaha/gimalaha
4.
Marga
Gemor, kepala adatnya bergelar sawohit
5.
Marga
Ulla kepala adatnya bergelar Sadaha
6. Marga Umpeles kepala adatnya
bergelar mahimo
Kesultanan
di Wilayah Fakfak Dan Kaimana
Petuanan
(Kesultanan) diwilayah FAkfak dan
Kaimana terbagi dalam Sembilan petuanan, yaitu : Petuanan Namatota, Petuanan
Komisi, Petuanan Fatagar, Petuanan Ati-Ati, Petuanan Rumbati, Petuanan Pattipi,
Petuanan Sekar, Petuanan Wertuar, dan Petuanan Arguni. Raja I Wertuar adalah
Viijao. Raja ke-2 bernama Ukir dan ketiga Winey yang beristrikan Boki Kopiyai
dari Namatota. Dari sumber yang ada, disebutkan bahwa kerajaan Wertuar dan
kerajaan Namatotasudah terjalin sejak abad XIV, atau jauh sebelumnya sekitar
tahun 1506-1576 dimana Raja Wertuar II masih hidup. Kerjasama mereka kemudian
disepakati mempertemukan anak mereka dalam wadah perkawinan.
Pada tahun
1886 M sultan Tidore yang bernama Muhammad Tahir Alting melantik Lakatey
sebagai Raja Wertuar VII. Dijelaskan juga bahwa Raja Wertuar VII membangun
masjid pertama kerajaan pada tahun 1870 M.[12]
berlokasi dikampung Patimburak. Dari kampung Ugar, tertulis sebuah surat
keputusan tertanggal 5 November 1929 M. yang diberikan sultan Tidore kepada
Maidama atau Moi Damar Ugar sebgai kepala kampung Ugar dengan gelar jabatan
Kapitan. Raja Ugar I bernama Rabana telah memeluk Islam hidup pada abad XVI.
Kuburan Raja Ugar I, juga kuburan para imam dan khotif serta pengikutnya sudah
bercirikan islam. Demikian pula terdapat Kitab Barzanji yang ditulis dalam
bahasa Jawa Kuno tahun 1622 M.
Petuanan
Fatagar. Raja Fatagar I yaitu Tewal, diperkirakan hidup pada tahun 1724-1814.
Raja Tewal bertahta di daerah Tubirseram, yang hijrah ke dari Rumbati. Pada
saat Raja Fatagar masih di Rumbati, Islam telah berkembang yang diketahui oleh
puing-puing bekas peninggalan masjid. Hal ini berarti islam telah hadir
dikerajaan Fatagar sebelum tahun 1724 M. Menurut Raja Rumbati XVI, Islam masuk
di daerah was pada tahun 1506 M melalui perang besar antara armada kerajaan
Tidore yang dipimpin Arfan dengan kerajaan Rumbati.
Petuanan
Namatota. Raja Namatota I, yakni Ulan Tua telah memeluk islam. Menurut pewaris
petuanan Namatota hingga saat ini raja-raja yang memegang pemerintahan
merupakan generasi ke V. raja Namatota ke-2 bernama Lamora selanjutnya datang
kedaerah kokas dan disana dia menyebarkan Islamm dan kawin dengan wanita
bernama Kofia Bata.
Peninggalan-peninggalan
1.
Fakfak
dan Kaimana terdapat tiga buah masjid tua yaitu :
-
Masjid
Tunasgain dikampung Tunasgain,
distrik Fakfak Timur, kabupaten Fakfak
-
Masjid
Tubirseram di pulau Tubirseram, distrik Fakfak, kabupaten Fakfak
-
Masjid
Patimburak dikampung Patimburak, distrik kokas, kabupatan Fakfak. Namun
sekarang ini hanya tertinggal satu masjid tua yakni Masjid Agung Patimburak
yang dibangun pada tahun 1870 M.
2.
Daerah
Raja Ampat dari hasil penelitian detemukan dua jenis data, yaitu :
-
Sejarah
berupa dead monument makam-makam Islam lama, ada 2 makam yang terbuat dari
tembok setinggi 50 cm berbentuk persegi makam yang besar berukuran panjang 610
cm, lebar 340 cm, makam-makam lain berupa tumpukan batu yang disusun persegi
panjang,tetapi tidak ditemukan data sejarah yang jelas, karena nisan yang
terbuat dari kayu telah rusak. Dari informasi penduduk setempat semua guru-guru
agama berasal dari Tidore dan Ternate. Mereka yang dimakamkan didesa Saonek
adalah Arif Saefudin, Hambali, Abdulrrahim Rafana yang meninggal tahun 1942 dan
makam keluarga Lagat yang diperkirakan meninggal pada abad XIX atau XX.
-
Sejarah
berupa Living Monument yaitu masjid yang menunjukkan arsitektur tradisional
(denah bujur sangkar dan atap berbentuk limas bahan bangunan dari kayu).
Dimasjid terdapat mimbar kayu dan tongkat yang dipergunakan khotib selama
berkhotbah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam masuk sekitar abad ke-16 ke daerah Nusa Tenggara
(Lombok). Islam di lombok diperkenalkan oleh Sunan Perapen (putra Sunan
Giri). Kerajaan Selaparang adalah
salah satu kerajaan yang pernah ada di Pulau Lombok.
Selaparang merupakan pusat Kerajaan Islam di Lombok. Selaparang di bawah
Pemerintahan PrabuRangkesari. Kerajaan Bima merupakan
kerajaan Islam yang menonjol di Nusa Tenggara. Rajanya yang pertama masuk Islam
ialahRuma Ma Bata Wadu yang
bergelar Sultan Bima I atau Sultan Abdul Khair(1611-1640). Kerajaan Islam
di Nusa Tenggara semakin runtuh karena kedatangan Belanda termasuk tekanan dari
VOC.
Islam masuk ke kesultanan papua setidaknya dapat
digali dengan melihat beberapa versi mengenai kedatangan Islam di tanah Papua,
terdapat beberapa versi misalkan saja : teori Papua Teori ini memandang Islam bukanlah berasal dari luar Papua
dan bukan di bawa dan disebarkan oleh kerejaan ternate dan tidore atau pedagang
muslim dan da’I dari Arab, Sumatera, Jawa, maupun Sulawesi. Namun Islam berasal
dari Papua itu sendiri sejak pulau Papua diciptakan oleh Allah Swt. Teori Arab Menurut
sejarah lisan Fakfak, bahwa agama Islam mulai diperkenalkan di tanah Papua,
yaitu pertamakali di Wilayah jazirah onin (Patimunin-Fakfak) oleh seorang sufi
bernama Syarif Muaz al-Qathan dengan gelar Syekh Jubah Biru dari negeri Arab.
B. Saran
Makalah
ini sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami sebagai penulis mengharap
kritik ataupun saran dari pembaca. Supaya makalah ini dapat kami perbaiki
menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Warta Sejarah. “ Kerajaan-islam-di-Nusa Tenggara “blogspot.co.id.html /2013/10/
diakses 21 September 2015, pukul 20.00
Sri dianti. “perkembangan-kerajaan-islam-di-nusa-tenggara”.www.com.html
diakses 21 Sep 2015
Zavira Alfianti Rizqi.
“ Makalah-Kerajaan-Islam-di-Nusa Tenggara.blogspot.co.id. html/2014/04/,
Diakses 21 Sep 2015
Guru Sejarah.” Kerajaan-kerajaan-
Islam-di-Nusa Tenggara “.www.com/2015/01/, diakses 21 Sep 2015 pukul 20.00
Toni Viktor M.
Wanggai,” Rekontruksi sejarah umat islam di tanah Papua”, Departemen agama
RI,2009
http://www.seputarpendidikan.com/2014/11/kerajaan-kerajaan-islam-di-papua.html
[1] Warta Sejarah. “
Kerajaan-islam-di-Nusa Tenggara “blogspot.co.id.html /2013/10/ diakses 21 September 2015, pukul
20.00
[2] Sri dianti. “perkembangan-kerajaan-islam-di-nusa-tenggara”.www.com.html diakses
21 Sep 2015
[3] Zavira
Alfianti Rizqi. “
Makalah-Kerajaan-Islam-di-Nusa Tenggara.blogspot.co.id. html/2014/04/,
Diakses 21 Sep 2015
[4] Ibid,.
[5] Warta Sejarah. “
Kerajaan-islam-di-Nusa Tenggara “blogspot.co.id.html /2013/10/ diakses 21 September 2015, pukul
20.00
[6] Guru Sejarah.” Kerajaan-kerajaan-
Islam-di-Nusa Tenggara “.www.com/2015/01/, diakses 21 Sep 2015 pukul 20.00
[7] Ibid,.
[8] Ibid,.
[9] http://www.seputarpendidikan.com/2014/11/kerajaan-kerajaan-islam-di-papua.html, diakses 21 sep 2015
[10] Toni Viktor M. Wanggai,” Rekontruksi
sejarah umat islam di tanah Papua”, Departemen agama RI,2009. Hlm.90
[11] Ibid, hlm.90-91
[12]
Ibid,hlm.94