Senin, 09 November 2015

KESULTANAN DI NUSA TENGGARA DAN DI PAPUA



MAKALAH SEJARAH ISLAM INDONESIA I
“ KESULTANAN DI NUSA TENGGARA DAN DI PAPUA “




 









Disusun Oleh:
Miftahul Jannah
Tiya Wahyuti


Dosen Pembimbing
Maryam, M.Hum



PRODI SKI SEMESTER V
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)  BENGKULU
TAHUN 2015

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas Rahmat  dan karunia-nya , akhirnya tugas makalah Sejarah Islam Indonesia I yang pemakalah buat dapat diselesaikan. Dan pemakalah juga berterima kasih kepada pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini , yaitu Dosen dan para teman.
Semoga makalah yang pemakalah buat ini bermanfaat bagi teman-teman sekalian. Didalam pembuatan makalah ini masih banyak sekali terdapat kekurangan-kekurangan, disini kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca terutama para Dosen.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb



Bengkulu,  Sep 2015

Penulis








DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAAN
A.    Latar Belakang ....................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C.     Tujuan Masalah ...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A.    Perkembangan Islam Di Nusa Tenggara ................................................ 3
B.     Kesultanan-Kesultanan Di Nusa Tenggara ............................................ 4
C.     Proses Masuknya Islam Di Papua .......................................................... 8
D.    Kesultanan-Kesultanan Di Papua .........................................................  11

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ........................................................................................... 15
B.     Saran ..................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kehadiran Islam secara lebih nyata di Indonesia terjadi pada sekitar abad ke-13 Masehi, yaitu dengan adanya makam dari Sultan Malik as-Saleh yang mangkat pada bulan Ramadhan 696 Hijriah/1297 Masehi. Ini berarti bahwa pada abad ke-13 Masehi di Nusantara sudah ada institusi kerajaan yang bercorak Islam. Para saudagar Muslim sudah melakukan aktivitas dagangnya sejak abad ke-7 Masehi. Beberapa kerajaan Hindu dan Buddha di Nusantara sudah melakukan hubungan dagang dan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan Islam di Timur Tengah.
Sejak awal perkembangannya, Islam di Indonesia telah menerima akomodasi budaya. Karena Islam sebagai agama memang banyak memberikan norma-norma aturan tentang kehidupan dibandingkan dengan agama-agama lain. Bila dilihat kaitan Islam dengan budaya, paling tidak ada dua hal yang perlu diperjelas: Islam sebagai konsespsi sosial budaya, dan Islam sebagai realitas budaya. Islam sebagai konsepsi budaya ini oleh para ahli sering disebut dengan great tradition (tradisi besar), sedangkan Islam sebagai realitas budaya disebut dengan little tradition (tradisi kecil) atau local tradition (tradisi local) atau juga Islamicate, bidang-bidang yang “Islamik”, yang dipengaruhi Islam.
Dalam istilah lain proses akulturasi antara Islam dan Budaya local ini kemudian melahirkan apa yang dikenal dengan local genius, yaitu kemampuan menyerap sambil mengadakan seleksi dan pengolahan aktif terhadap pengaruh kebudayaan asing, sehingga dapat dicapai suatu ciptaan baru yang unik, yang tidak terdapat di wilayah bangsa yang membawa pengaruh budayanya. Pada sisi lain local genius memiliki karakteristik antara lain: mampu bertahan terhadap budaya luar; mempunyai kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar; mempunyai kemampuan mengintegrasi unsur budaya luar ke dalam budaya asliu; dan memilkiki kemampuanmengendalikan dan memberikan arah pada perkembangan budaya selanjutnya.



B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Islam di Nusa Tenggara dan Kesultanan apa saja yang ada di Nusa Tenggara ?
2.      Bagaimana Islam di Papua serta jelaskan kesultanan yang ada di Papua ?


C.     Tujuan Masalah
1.      Menjelaskan proses masuknya Islam di Nusa Tenggara dan menjelaskan kesultanan-kesultanan yang ada di Nusa Tenggara
2.      Menjelaskan Islam di Papua serta menjelaskan kesultanan yang ada di papua













BAB II
PEMBAHASAN

A.    Perkembangan Islam Di Nusa Tenggara

Kerajaan Islam masuk ke wilayah Nusa Tenggara bisa dibilang sejak awal abad ke-16. di perkenalkan oleh Sultan Prapen (1605), Putra Sunan Giri. Namun Islam mungkin masuk ke Sumbawa melalui Sulawesi lewat Dakwah para mubalig  dari Makassar antara tahun 1540-1550.[1] Hubungan Sumbawa yang baik dengan Kerajaan Makassar membuat Islam turut berlayar pula ke Nusa Tenggara. Kerajaan Islam di Lombok dan Sumbawa Dari Lombok Islam disebarkan ke Pejanggik, Parwa, Sokong, Bayan, dan tempat-tempat lainnya sehingga seluruh Lombok memeluk Islam. Dari Lombok, konon Sunan Prapen meneruskan Dakwahnya ke Sumbawa. Kerajaan Islam Lombok dipusatkan di Selaparang dibawah pemerintahan Prabu Rangkesari. Pada masa itulah Selaperang mengalami zaman keemasan dan memegang hegemoni di seluruh lombok. Selaperang menjalin hubungan dengan beberapa negri, terutama Demak, serta banyak didatangi oleh pedagang dari berbagai negeri. Kerajaan Lombok sempat mendapat serangan dari kerajaan Gelgel (Bali), tetapi serangan itu dapat ditahan.
Ketika VOC berusaha menguasai jalur perdagangan, kesultanan Goa, Talo. yang bersinggungan dengan upaya VOC tersebut. Segera menutupi jalur perdagangan ke Lombok dan Sumbawa. Serta menguasai kedua daerah di Nusa Tenggara itu. Kerajaan-kerajaan diSumbawa bagian barat masuk dalam kesultanan Goa pada 1618, Bima ditaklukan pada tahun 1633, Selaparang pada tahun 1640, dan demikian pula daerah-daerah lainnya.sehingga pada abad XVII seluruh kerajaan Islam Lombok ada dibawah pengaruh kekuasaan Kesultanan Goa.[2] Hubungan antara keSultanan Goa dan Lombok dipererat dengan cara perkawinan, seperti Pemban Selaperang, Pemban Pejanggik, dan Pemban Parwa. Setelah terjadi Perjanjian Bongaya antara kesultanan Goa dan VOC pada abad 18 November 1667 yang sangat merugikan kesultanan Goa, kerajaan-kerajaan di Nusa Tenggara mulai ditekan oleh VOC. Pusat kerajaan Lombok pun dipindahkan ke Sumbawa pada tahun 1673 dengan tujuan untuk dapat mempertahankan kedaulatan kerajaan-kerajaan Islam di pulau tersebut dengan dukungan kekuasaan Goa. Sumbawa dipandang lebih strategis dari pada Selaparang. Ancaman dan serangan VOC terus-menerus terjadi,dan akhirnya daerah-daerah dikerajaan Lombok berada dibawah kekuasaan VOC. Raja-raja yang mengadakan perlawanan pun ditangkapi, kemudian diasingakan ke Maluku. Kerajaan Sumbawa tetap tidak aman karena selalu ada pemberontakan yang menentang campur tangan VOC.

B.     Kesultanan-Kesultanan Di Nusa Tenggara

Kesultanan Selaparang

Kerajaan Selaparang adalah salah satu kerajaan yang pernah ada di Pulau Lombok. Pusat kerajaan ini pada masa lampau berada diSelaparang (sering pula diucapkan dengan Seleparang), yang saat ini kurang lebih lebih berada di desa Selaparang, kecamatan Swela, Lombok Timur.
Selaparang merupakan pusat Kerajaan Islam di Lombok. Selaparang di bawah Pemerintahan Prabu Rangkesari. Pada masa itu Selaparang mengalami zaman keemasan, memegang, dan lain-lain. Konon Sunan Perapen meneruskan dakwahnya dari lombok terus ke Sumbawa. Selaparang juga mengembangkan hubungan antara Kerajaan Gowa dan Lombok dipererat dengan cara pernikahan seperti Pemban Selaparang, Pemban Pejanggik, dan Pemban Parwa. Selaparang pernah dua kali terlibat dalam pertempuran sengit melawan Kerajaan Gelgel, yakni sekitar tahun 1616 dan 1624 Masehi,[3] akan tetapi kedua-duanya dapat ditumpas habis, dan tentara Gelgel dapat ditawan dalam jumlah yang cukup besar pula. Setelah pertempuran sengit tersebut, Kerajaan Selaparang mulai menerapkan kebijaksanaan baru untuk membangun kerajaannya dengan memperkuat sektor agraris. Maka, pusat pemerintahan kerajaan kemudian dipindahkan agak ke pedalaman, di sebuah dataran perbukitan, tepat di desa Selaparang sekarang ini.
Berbagai sumber menyebutkan bahwa setelah dipindahkan, Kerajaan Selaparang mengalami kemajuan pesat. Sebuah sumber mengungkapkan, Kerajaan Selaparang dapat mengembangkan kekuasaannya hingga ke Sumbawa Barat. Disebutkan pula bahwa seorang raja muda bernama Sri Dadelanatha, dilantik dengan gelar Dewa Meraja di Sumbawa Barat karena saat itu (1630 Masehi) daerah ini juga masih termasuk ke dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Selaparang. Kemudian dilanjutkan oleh generasi berikutnya, yaitu sekitar tanggal 30 November 1648 Masehi, putera mahkota Selaparang bernama Pangeran Pemayaman dengan gelar Pemban Aji Komala, dilantik di Sumbawamenjadi Sulthan Selaparang yang memerintah seluruh wilayah Pulau Lombok dan Sumbawa.[4]

Kesultanan Bima

Kesultanan Bima merupakan kerajaan Islam yang menonjol di Nusa Tenggara. Rajanya yang pertama masuk Islam ialah Ruma Ma Bata Wadu yang bergelar Sultan Bima I atau Sultan Abdul Khair(1611-1640). Namun,setelah terus-menerus melakukan perlawanan terhadap intervensi politik dan monopoli perdagangan VOC. Ketika VOC mau memperbaharui perjanjian dengan Bima (1668) Sultan Bima,Tureli Nggampo, menolaknya. Ketika Tambora merampas Kapal VOC pada 1675, Raja Tambora Kalongkong dan para pembesarnya diharuskan menyerahkan  keris-keris pusakanya kepada Holsteijn. Pada tahun 1691, ketika permaisuri Kerajaan Dompu terbunuh, Sultan Bima ditangkap dan diasingkan ke Makassar sampai meninggal dalam Penjara.[5] Kerajaan-kerajaan di Lombok, Sumbawa, Bima, dan lainnya selama abad XVIII dan akhir abad itu terus melakukan pemberontakan dan peperangan karena pihak VOC senantiasa mencampuri urusan pemerintahan kerajaan-kerajaan tersebut,bahkan menangkapi dan mengasingkan raja-raja yang melawan. Pembicaraan mengenai sejarah Kesultanan Bima abad XIX dapat diperkaya oleh gambaran terperinci dalam Syair Kerajaan Bima yang menurut telaah filologi Henri Chambert-Loir diperkirakan dikarang sebelum tahun 1833,sebelum Raja Bicara abdul Nabi meletakan Jabatan dan digantikan oleh Putranya. Syair itu dikarang oleh Khatib Lukman, barang kali pada  tahun 1830. Syair itu ditulis dengan huruf Jawa dan berbahasa Melayu. Syair itu menceritakan empat peristiwa yang terjadi di Bima pada awal abad XIX, yaitu letusan Gunung Tambora(1815) wafat dan pemakaman Sultan Abdul Hamid pada mei 1819. Serangan bajak laut dan Pemberontakan Sultan Ismail pada 26 November 1819. Sampai kini jejak Islam bisa dilacak dengan meneliti makam seorang mubaligh asal Makassar yang terletak di kota Bima.[6] Begitu juga dengan makam Sultan Bima yang pertama kali memeluk Islam. Bisa disebut, seluruh penduduk Bima adalah para Muslim sejak mula.Selain Sumbawa, Islam juga masuk ke Lombok. Orang-orang Bugis datang ke Lombok dari Sumbawa dan mengajarkan Islam di sana. Hingga kini, beberapa kata di suku-suku Lombok banyak kesamaannya dengan bahasa Bugis.







Keruntuhan Kesultanan Di Nusa Tenggara
Sekalipun Selaparang unggul melawan kekuatan tetangga, yaitu Kerajaan Gelgel, namun pada saat yang bersamaan, suatu kekuatan baru dari bagian barat telah muncul pula. Embrio kekuatan ini telah ada sejak permulaan abad ke-15 dengan datangnya para imigran petani liar dariKarang Asem (Pulau Bali) secara bergelombang, dan selanjutnya mendirikan koloni di kawasan Kota Mataram sekarang ini. Kekuatan itu kemudian secara berangsur-angsur tumbuh berkembang sehingga menjelma menjadi kerajaan kecil, yaitu Kerajaan Pagutan dan Pagesangan yang berdiri sekitar tahun 1622 Masehi.[7] Kerajaan ini berdiri lima tahun setelah serangan laut pertama Kerajaan Gelgel dari Bali Utara atau dua tahun sebelum serangan ke dua yang dapat ditumpas oleh pasukan Kerajaan Selaparang.
Namun, bahaya yang dinilai menjadi ancaman utama dan akan tetap muncul secara tiba-tiba adalah kekuatan asing, yakni Belanda, yang tentunya sewaktu-waktu dapat melakukan ekspansi militer. Kekuatan dan tetangga dekat diabaikan, karena Gelgel yang demikian kuat mampu dipatahkan. Oleh sebab itu, sebelum kerajaan yang berdiri di wilayah kekuasaannya di bagian barat ini berdiri, hanya diantisipasi dengan menempatkan laskar kecil di bawah pimpinan Patinglaga Deneq Wirabangsa.
Dalam upaya menghadapi masalah yang baru tumbuh dari bagian barat itu, yakni Kerajaan Gelgel, dan Kerajaan Mataram Karang Asem,maka secara tiba-tiba saja, salah seorang tokoh penting di lingkungan pusat kerajaan bernama Arya Banjar Getas ditengarai berselisih paham dengan rajanya, raja Kerajaan Selaparang, soal posisi pasti perbatasan antara wilayah Kerajaan Selaparang dan Pejanggik. Arya Banjar Getas beserta para pengikutnya kemudian memutuskan untuk meninggalkan Selaparang dan bergabung dengan sebuah ekspedisi militer KerajaanMataram Karang Asem (Bali) yang pada saat itu sudah berhasil mendarat di Lombok Barat. Kemudian dengan segala taktiknya, Arya Banjar Getas menyusun rencana dengan pihak Kerajaan Mataram Karang Asem untuk bersama-sama menggempur Kerajaan Selaparang. Pada akhirnya, ekspedisi militer tersebut telah berhasil menaklukkan Kerajaan Selaparang.[8] Peristiwa itu terjadi sekitar tahun 1672 Masehi. Sejak saat itu, Kerajaan Karang Asem menjadi penguasa tunggal di Lombok.
C.     Proses Masuknya Islam di Papua
Penelusuran sejarah awal Islamisasi di tanah Papua, setidaknya dapat digali dengan melihat beberapa versi mengenai kedatangan Islam di tanah Papua, terdapat 7 versi yaitu:[9]
Teori Papua
Teori ini merupakan pandangan adat dan legenda yang melekat di sebagaian rakyat asli Papua, khususnya yang berdiam di wilayah fakfak, kaimana, manokwari dan raja ampat (sorong). Teori ini memandang Islam bukanlah berasal dari luar Papua dan bukan di bawa dan disebarkan oleh kerejaan ternate dan tidore atau pedagang muslim dan da’I dari Arab, Sumatera, Jawa, maupun Sulawesi. Namun Islam berasal dari Papua itu sendiri sejak pulau Papua diciptakan oleh Allah Swt. mereka juga mengatakan bahwa agama Islam telah terdapat di Papua bersamaan dengan adanya pulau Papua sendiri, dan mereka meyakini kisah bahwa dahulu tempat turunya nabi adam dan hawa berada di daratan Papua.

            Teori Aceh
Studi sejarah masukanya Islam di Fakfak yang dibentuk oleh pemerintah kabupaten Fakfak pada tahun 2006, menyimpulkan bahwa Islam datang pada tanggal 8 Agustus 1360 M, yang ditandai dengan hadirnya mubaligh Abdul Ghafar asal Aceh di Fatagar Lama, kampong Rumbati Fakfak. Penetapan tanggal awal masuknya Islam tersebut berdasarkan tradisi lisan yang disampaikan oleh putra bungsu Raja Rumbati XVI (Muhamad Sidik Bauw) dan Raja Rumbati XVII (H. Ismail Samali Bauw), mubaligh Abdul Ghafar berdakwah selama 14 tahun (1360-1374 M) di Rumbati dan sekitarnya, kemudian ia wafat dan di makamkan di belakang masjid kampong Rumbati pada tahun 1374 M.

Teori Arab
Menurut sejarah lisan Fakfak, bahwa agama Islam mulai diperkenalkan di tanah Papua, yaitu pertamakali di Wilayah jazirah onin (Patimunin-Fakfak) oleh seorang sufi bernama Syarif Muaz al-Qathan dengan gelar Syekh Jubah Biru dari negeri Arab, yang di perkirakan terjadi pada abad pertengahan abad XVI, sesuai bukti adanya Masjid Tunasgain yang berumur sekitat 400 tahun atau di bangun sekitar tahun 1587. Selain dari sejarah lisan tadi, dilihat dalam catatan hasil Rumusan Seminar Sejarah Masuknya Islam dan Perkembanganya di Papua, yang dilaksanakan di Fakfak tanggal 23 Juni 1997, dirumuskan bahwa:
1.      Islam dibawa oleh sultan abdul qadir pada sekitar tahun 1500-an (abad XVI), dan diterima oleh masyarakat di pesisir pantai selatan Papua (Fakfak, Sorong dan sekitarnya)
2.      Agama Islam datang ke Papua dibawa oleh orang Arab (Mekkah).
Teori Maluku Utara (ternate-tidore)
Dalam sebuah catatan sejarah kesultanan Tidore yang menyebutkan bahwa pada tahun 1443 M Sultan Ibnu Mansur ( Sultan Tidore X atau sultan Papua I ) memimpin ekspedisi ke daratan tanah besar ( Papua ). Setelah tiba di wilayah pulau Misool, raja ampat, maka sultan ibnu Mansur mengangkat Kaicil Patrawar putra sultan Bacan dengan gelar Komalo Gurabesi ( Kapita Gurabesi ). Kapita Gurabesi kemudian di kawinkan dengan putri sultan Ibnu Mansur bernama Boki Tayyibah. Kemudian berdiri empat kerajaan dikepulauan Raja Ampat tersebut adalah kerajaan Salawati, kerajaan Misool/kerajaan Sailolof, kerajaan Batanta dan kerajaan Waigeo. Dari Arab, Aceh, Jawa, Bugis, Makasar, Buton, Banda, Seram, Goram, dan lain – lain.
Di peluknya Islam oleh masyarakat Papua terutama didaerah pesisir barat pada abad pertengahan XV tidak lepas dari pengaruh kerajaan – kerajaan Islam di Maluku ( Bacan, Ternate dan Tidore ) yang semakin kuat dan sekaligus kawasan tersebut merupakan jalur perdagangan rempah – rempah ( silk road ) di dunia. Sebagaimana ditulis sumber – sumber barat, Tomé Pires yang pernah mengunjungi nusantara antara tahun 1512-1515 M. dan Antonio Pegafetta yang tiba di tidore pada tahun 1521 M. mengatakan bahwa Islam telah berada di Maluku dan raja yang pertama masuk Islam 50 tahun yang lalu, berarti antara tahun 1460-1465. Berita tersebut sejalan pula dengan berita Antonio Galvao yang pernah menjadi kepala orang – orang Portugis di Ternate (1540-1545 M). mengatakan bahwa Islam telah masuk di daerah Maluku dimulai 80 atau 90 tahun yang lalu.
Teori Bacan
Kesultanan bacan dimasa sultan mohammad al-bakir lewat piagam kesiratan yang dicanangkan oleh peletak dasar mamlakatul mulukiyah atau moloku kie raha (empat kerajaan Maluku: ternate, tidore, bacan, dan jailolo) lewat walinya ja’far as-shadiq (1250 M), melalui keturunannya keseluruh penjuru negeri menyebarkan syiar Islam ke Sulawesi, philipina, Kalimantan, nusa tenggara, Jawa dan Papua.
Menurut Arnold, raja bacan yang pertama masuk Islam bernama zainal abiding yang memerintah tahun 1521 M, telah menguasai suku-suku di Papua serta pulau-pulau disebelah barat lautnya, seperti waigeo, misool, waigama dan salawati. Kemudian sultan bacan meluaskan kekuasaannya sampai ke semenanjung onin fakfak, di barat laut Papua pada tahun 1606 M, melalui pengaruhnya dan para pedagang muslim maka para pemuka masyarakat pulau – pulau tadi memeluk agama Islam. Meskipun masyarakat pedalaman masih tetap menganut animisme, tetapi rakyat pesisir menganut agama Islam.
Dari sumber – sumber tertulis maupun lisan serta bukti – bukti peninggalan nama – nama tempat dan keturunan raja bacan yang menjadi raja – raja Islam di kepulauan raja ampat. Maka diduga kuat bahwa yang pertama menyebarkan Islam di Papua adalah kesultanan bacan sekitar pertengahan abad XV. Dan kemudian pada abad XVI barulah terbentuk kerajaan – kerajaan kecil di kepulauan raja ampat itu.

Teori Jawa
Berdasarkan catatan keluarga Abdullah Arfan pada tanggal 15 Juni 1946, menceritakan bahwa orang Papua yang pertama masuk Islam adalah Kalawen yang kemudian menikah dengan siti hawa farouk yakni seorang mublighat asal Cirebon. Kalawen setelah masuk Islam berganti nama menjadi Bayajid, diperkirakan peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1600. Jika dilihat dari silsilah keluarga tersebut, maka Kalawen merupakan nenek moyang dari keluarga Arfan yang pertama masuk Islam.
Teori Banda
Menurut Halwany Michrob bahwa Islamisasi di Papua, khusunya di Fakfak dikembagkan oleh pedagang-pedagang Bugis melalui banda yang diteruskan ke fakfak melalui seram timur oleh seorang pedagang dari Arab bernama haweten attamimi yang telah lama menetap di ambon. Microb juga mengatakan bahwa cara atau proses Islamisasi yang pernah dilakuka oleh dua orang mubaligh dari banda yang bernama salahuddin dan jainun, yaitu proses pengIslamanya dilakukan dengan cara khitanan, tetapi dibawah ancaman penduduk setempat yaitu jika orang yang disunat mati, kedua mubaligh tadi akan dibunuh, namun akhirnya mereka berhasil dalam khitanan tersebut kemudian penduduk setempat berduyun-duyun masuk agama Islam.
D.    Kesultanan-kesultanan Di Papua

Kesultanan Di Kepulauan Raja Ampat
Pada kerajaan-kerajaan islam dimaluku dan didaerah sekitarnya mengaku eksitensi keberadaan kolano sebagai pemimpin/raja mereka yang dipercaya. Pada gugusan kepala burung itulah nama kolano fat [10]yang berarti raja ampat terpatri hingga kini sebagai jati diri dari kepulauan papua. Secara makro pulau ini dipimpin oleh empat sultan dari Maluku yaitu : Sultan Ternate, Tidore, bacan dan jailolo. Namun secara mikro yang dimaksud adalah raja-raja dipulauan papua yaitu Raja Salawati, Raja Misool, Raja Batanta dan raja Waigeo.
Sebuah catatan sejarah Kesultanan Tidore mencatat bahwa pada tahun 1443 M Sultan Ibnu Mansur (Sultan Tidore X) bersama sangaji petani sahmardan dan Kapitan Weigeo bernama Kapitan Gurabesi memimpin ekspedisi kedataran tanah besar papua. [11]Ekspedisi yang terdiri dari satu armada kora-kora berangkat ketanah besar beserta pulau-pulau melewati Patani, Gebe, dan Waigeo. Ekspedisi ini berhasil menaklukkan beberapa wilayah dipapua bagian barat dan menjadikan kesultanan Tidore yang terdiri dari 1. Wilayah Raja Ampat, 2.wilayah Papua Gamsio (papua Sembilan negri), 3. Wilayah mafor soa Raha (Mafor Empat Soa).
Struktur pemerintahan di Kepulauan Raja Ampat berbentuk kerajaan dibantu oleh Dewan Adat yang terdiri dri kepala adat dimana tiap warga mempunyai wakilnya didewan. Disamping dewan adat kerajaan, raja juga mengangkat perwakilan untuk meneruskan perintahnya didaerah yang jauh dipusat pemerintahan. Ada beberapa gelar kepala adat Raja Ampat dengan jabatannya msing-masing merupakan pemberian gelar dari Sultan Tidore kepada Raja yang secara periodisasi tetap mengantar upeti ke Kerajaan Tidore. Gelar jabatantersebut adalah :
1.      Marga Metawai, kepala adatnya bergelar Jojau
2.      Marga, kepala adatnya bergelar Hukum
3.      Marga Umalelen, kepala adatnya bergelar domlaha/gimalaha
4.      Marga Gemor, kepala adatnya bergelar sawohit
5.      Marga Ulla kepala adatnya bergelar Sadaha
6.      Marga Umpeles kepala adatnya bergelar mahimo



Kesultanan di Wilayah Fakfak Dan Kaimana
Petuanan (Kesultanan)  diwilayah FAkfak dan Kaimana terbagi dalam Sembilan petuanan, yaitu : Petuanan Namatota, Petuanan Komisi, Petuanan Fatagar, Petuanan Ati-Ati, Petuanan Rumbati, Petuanan Pattipi, Petuanan Sekar, Petuanan Wertuar, dan Petuanan Arguni. Raja I Wertuar adalah Viijao. Raja ke-2 bernama Ukir dan ketiga Winey yang beristrikan Boki Kopiyai dari Namatota. Dari sumber yang ada, disebutkan bahwa kerajaan Wertuar dan kerajaan Namatotasudah terjalin sejak abad XIV, atau jauh sebelumnya sekitar tahun 1506-1576 dimana Raja Wertuar II masih hidup. Kerjasama mereka kemudian disepakati mempertemukan anak mereka dalam wadah perkawinan.
Pada tahun 1886 M sultan Tidore yang bernama Muhammad Tahir Alting melantik Lakatey sebagai Raja Wertuar VII. Dijelaskan juga bahwa Raja Wertuar VII membangun masjid pertama kerajaan pada tahun 1870 M.[12] berlokasi dikampung Patimburak. Dari kampung Ugar, tertulis sebuah surat keputusan tertanggal 5 November 1929 M. yang diberikan sultan Tidore kepada Maidama atau Moi Damar Ugar sebgai kepala kampung Ugar dengan gelar jabatan Kapitan. Raja Ugar I bernama Rabana telah memeluk Islam hidup pada abad XVI. Kuburan Raja Ugar I, juga kuburan para imam dan khotif serta pengikutnya sudah bercirikan islam. Demikian pula terdapat Kitab Barzanji yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno tahun 1622 M.
Petuanan Fatagar. Raja Fatagar I yaitu Tewal, diperkirakan hidup pada tahun 1724-1814. Raja Tewal bertahta di daerah Tubirseram, yang hijrah ke dari Rumbati. Pada saat Raja Fatagar masih di Rumbati, Islam telah berkembang yang diketahui oleh puing-puing bekas peninggalan masjid. Hal ini berarti islam telah hadir dikerajaan Fatagar sebelum tahun 1724 M. Menurut Raja Rumbati XVI, Islam masuk di daerah was pada tahun 1506 M melalui perang besar antara armada kerajaan Tidore yang dipimpin Arfan dengan kerajaan Rumbati.
Petuanan Namatota. Raja Namatota I, yakni Ulan Tua telah memeluk islam. Menurut pewaris petuanan Namatota hingga saat ini raja-raja yang memegang pemerintahan merupakan generasi ke V. raja Namatota ke-2 bernama Lamora selanjutnya datang kedaerah kokas dan disana dia menyebarkan Islamm dan kawin dengan wanita bernama Kofia Bata.
Peninggalan-peninggalan
1.      Fakfak dan Kaimana terdapat tiga buah masjid tua yaitu :
-          Masjid Tunasgain dikampung Tunasgain, distrik Fakfak Timur, kabupaten Fakfak
-          Masjid Tubirseram di pulau Tubirseram, distrik Fakfak, kabupaten Fakfak
-          Masjid Patimburak dikampung Patimburak, distrik kokas, kabupatan Fakfak. Namun sekarang ini hanya tertinggal satu masjid tua yakni Masjid Agung Patimburak yang dibangun pada tahun 1870 M.

2.      Daerah Raja Ampat dari hasil penelitian detemukan dua jenis data, yaitu :
-          Sejarah berupa dead monument makam-makam Islam lama, ada 2 makam yang terbuat dari tembok setinggi 50 cm berbentuk persegi makam yang besar berukuran panjang 610 cm, lebar 340 cm, makam-makam lain berupa tumpukan batu yang disusun persegi panjang,tetapi tidak ditemukan data sejarah yang jelas, karena nisan yang terbuat dari kayu telah rusak. Dari informasi penduduk setempat semua guru-guru agama berasal dari Tidore dan Ternate. Mereka yang dimakamkan didesa Saonek adalah Arif Saefudin, Hambali, Abdulrrahim Rafana yang meninggal tahun 1942 dan makam keluarga Lagat yang diperkirakan meninggal pada abad XIX atau XX.
-          Sejarah berupa Living Monument yaitu masjid yang menunjukkan arsitektur tradisional (denah bujur sangkar dan atap berbentuk limas bahan bangunan dari kayu). Dimasjid terdapat mimbar kayu dan tongkat yang dipergunakan khotib selama berkhotbah.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Islam masuk sekitar abad ke-16 ke daerah Nusa Tenggara (Lombok). Islam di lombok diperkenalkan oleh Sunan Perapen (putra Sunan Giri). Kerajaan Selaparang adalah salah satu kerajaan yang pernah ada di Pulau Lombok. Selaparang merupakan pusat Kerajaan Islam di Lombok. Selaparang di bawah Pemerintahan PrabuRangkesari. Kerajaan Bima merupakan kerajaan Islam yang menonjol di Nusa Tenggara. Rajanya yang pertama masuk Islam ialahRuma Ma Bata Wadu yang bergelar Sultan Bima I atau Sultan Abdul Khair(1611-1640). Kerajaan Islam di Nusa Tenggara semakin runtuh karena kedatangan Belanda termasuk tekanan dari VOC.
Islam masuk ke kesultanan papua setidaknya dapat digali dengan melihat beberapa versi mengenai kedatangan Islam di tanah Papua, terdapat beberapa versi misalkan saja : teori Papua Teori ini memandang Islam bukanlah berasal dari luar Papua dan bukan di bawa dan disebarkan oleh kerejaan ternate dan tidore atau pedagang muslim dan da’I dari Arab, Sumatera, Jawa, maupun Sulawesi. Namun Islam berasal dari Papua itu sendiri sejak pulau Papua diciptakan oleh Allah Swt. Teori Arab Menurut sejarah lisan Fakfak, bahwa agama Islam mulai diperkenalkan di tanah Papua, yaitu pertamakali di Wilayah jazirah onin (Patimunin-Fakfak) oleh seorang sufi bernama Syarif Muaz al-Qathan dengan gelar Syekh Jubah Biru dari negeri Arab.
B.     Saran
Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami sebagai penulis mengharap kritik ataupun saran dari pembaca. Supaya makalah ini dapat kami perbaiki menjadi lebih baik lagi.



DAFTAR PUSTAKA
Warta Sejarah. “ Kerajaan-islam-di-Nusa Tenggara “blogspot.co.id.html /2013/10/ diakses 21 September 2015, pukul 20.00
Sri dianti. “perkembangan-kerajaan-islam-di-nusa-tenggara”.www.com.html diakses 21 Sep 2015
Zavira Alfianti Rizqi. “ Makalah-Kerajaan-Islam-di-Nusa Tenggara.blogspot.co.id. html/2014/04/, Diakses 21 Sep 2015
 Guru Sejarah.” Kerajaan-kerajaan- Islam-di-Nusa Tenggara “.www.com/2015/01/, diakses 21 Sep 2015 pukul 20.00
Toni Viktor M. Wanggai,” Rekontruksi sejarah umat islam di tanah Papua”, Departemen agama RI,2009
http://www.seputarpendidikan.com/2014/11/kerajaan-kerajaan-islam-di-papua.html



[1] Warta Sejarah. “ Kerajaan-islam-di-Nusa Tenggara “blogspot.co.id.html /2013/10/ diakses 21 September 2015, pukul 20.00
[2] Sri dianti. “perkembangan-kerajaan-islam-di-nusa-tenggara”.www.com.html diakses 21 Sep 2015
[3] Zavira Alfianti Rizqi. “ Makalah-Kerajaan-Islam-di-Nusa Tenggara.blogspot.co.id. html/2014/04/, Diakses 21 Sep 2015
[4] Ibid,.
[5] Warta Sejarah. “ Kerajaan-islam-di-Nusa Tenggara “blogspot.co.id.html /2013/10/ diakses 21 September 2015, pukul 20.00
[6] Guru Sejarah.” Kerajaan-kerajaan- Islam-di-Nusa Tenggara “.www.com/2015/01/, diakses 21 Sep 2015 pukul 20.00
[7] Ibid,.
[8] Ibid,.
[10] Toni Viktor M. Wanggai, Rekontruksi sejarah umat islam di tanah Papua”, Departemen agama RI,2009. Hlm.90
[11] Ibid, hlm.90-91
[12] Ibid,hlm.94